S3LamaT dAtan9 di nyon9 AmboN poEnYa bLog

Kamis, 22 September 2011

naskah pelantikan raja negeri nusaniwe....

heiiiii basudara samua,, ini b ada search bentuk naskah pelantikan raja negeri nusaniwe,, semoga berguna buat pengetahuan katong sebagai penerus....

Selasa, 20 September 2011

SEJARAH ASAL USUL NEGERI NUSANIWE


Basudara pela deng gandong,   ni beta ada sedikit info tentang  Sejarah Asal usul negeri Nusaniwe, semoga info  Ini dapat berguna buat katong samua sebagai generasi penerus….

Sejarah pertebaran generasi atau penduduk mula-mula di pulau Ambon dan lease, tidaklah  terlepas pisah dari penduduk asli pulau seram, Halmahera dan jawa (Tuban). Masyarakat/ kelompok-kelompok kecil yang datang itu biasanya mendiami daerah-daerah pegunungan sebagai tempat pemukiman pertama yang disebut “Negeri Lama”, ketika terjadi peperangan dan pertambahan penduduk di kemudian hari maka terjadi pula perpindahan dari daerah pegunungan ke bagian pesisir (pantai) yang disebut  “kampong/negeri baru”. Menggali/mengenal asal mula Dusun Airlouw, itu berarti menggali/mengenal Nusaniwe secara utuh. Dengan kata lain Airlow (dulu Hatiary) adalah Nusaniwe atau Rossaniwe  yang artinya, Pulau kelapa (Nusa=pulau, dan niwel:kelapa). Menurut cerita, orang pertama atau generasi mula-mula yang masuk dan mendiami negeri tau Dusun Nusaniwe berasal dari seram utara tepatnya kampong tobu pada abad  13 M. Kisah ini berawal dari dua bersaudara yaitu Surihai dan Lasang Pius Wattilete. Dengan bertolak dari tempat asal dan menyisir pantai Hutumuri ke arah barat tibalah mereka di suatu Labuan atau pantai yang di sebut juga “Labuan sipadore”, artinya sampai sudah sore  (Labuan Sipadore disebut juga Labuan Raja” yang  artinya pantai tempat mandi raja dan keluarga)
Tempat yang pertama Surinai dan Lasang pius Wattilete adalah Lahuung yang berlokasi di sebuah gunung yang diberi nama gunung Tola (artinya tempat bertolak) dari Lahuung mereka bertolak ke “Tariu” (artinya tempat yang tenang,teduh,sunyi/tidak ada suara), daerah disamping sekarang merupakan tempat rumah tua Kapitan Wattilete dan sebagai tempat upacara panas ADat/ panas Pela Kapitan dan Malessy. Pada perkembangan selanjutnya, ketika terjadi pertambahan penduduk di kemudian hari maka mulailah terbentuk suatu kelompok masyarakat kecil yang bertempat di “Amanila (artinya tinggal Bapa)”  yang berdekatan dengan “Rumila(artinya rumah Ilah)”. Amanila dihubungkan dengan tempat tinggal Surinai dan Lasang Pius Wattilete, disitu terdapat “Rumila” yang merupakan baileo(sebutan sekarang) adalah tempat berkumpul Upulatu/Raja dan warganya serta berbagai tempat upacara kepada Ilah-ilah(arimistik). Menurut penuturan, dari Amanila da Rumila mereka membangun sebuah kota kecil dan disitu terbentuklah kerajaan Nusaniwe yang pertama. Tempat dimana kota kecil/Kerajaan Nusaniwe didirikan adala “Amatiang (artinya tiang Bapa)” atau Ukuhener (Uku:suara/bunyi, dan Hener: Air mengalir) jadi Ukuhena adalah bunyi/suara air yang mengalir. Ukuhena menunjuk kepada kekayaan alam kerajaan Nusaniwe berupa sumber air yang melimpah, pohon sagu dan pohon duren pada zaman itu. Buktinya sampai sekarang ini kita masih bis a melihat banyak sungai atau kali mati yang etrsebar di seluruh negeri, pohon sagu dan duren semakin jarang tetapi masih banyak tersebar luas di pegunungan.
Lebih lanjut dikatakan oleh J.Wattilete (mantan Raja Nusaniwe) bahwa Pamareuta (Raja) dengan Gelar Latu-latu Laiar yang disertai dengan pengawal/pelindung Raja adalah Surinai (Kakak) yang bergelar Latu-latu kapitan. Pada Zaman itu belum ada istilah Raja, dizaman kerajaan Nusaniwe yang dikenal adalah Pamareuta (Latu/Raja) yang disebut sebagai kepala Adat/pimpinan. Pemerintah Negeri/negeri saniri yang meliputi Soa-soa dengan Mata Rumahnya dan Saniri besar yang meliputi seluruh komponen masyarakat termasuk tukang,kewang, marinyo, aueng dan masyarakat. Luas wilayah kerajaan meliputi Labuan Honipopu (dibelakang kota) sebagai benteng Victoria dan berbatasan dengan petuanan Negeri Soya. Di Era colonial pada Zaman Portugis dan Belanda menjajah Maluku dan Ambon khususnya (pada Abad 15-16) pada tahun 1959 kerajaan ini masih tetap berdiri di bawah Pamareuta Lasahalila/ Lasahanila Wattilete dengan 10.000 prajurit pemerintah kerajaan kemudian di alihkan ke daerah Urimessing dan disitulah dibangun “Baileo” yang kedua setelah “Rumila” (sekarang tempat baileo Nusaniwe di belakang kantor PLN ambon daerah sekita pohon pule). Di Nusaniwe pada abad tersebut sudah ada Ulihima/ lima kelompak masyarakat atau Dusun kecil yang dipimpin oleh Aman/Hena  (orang kaya) dan Pati (di desa Amahusu) yang semuanya berada di bawah pimpinan Upu Latu/ Raja Nusaniwe yang disebut Pamarentah , kelima Dusun/ulilima itu adalah:
1.      Papala                      : kampung yang dipimpin oleh Risakotta pada bagian Latuhalat
2.      Ukuhuri                    : kampong yang dipimpin oleh Raja di sebelah barat/Latuhalat
3.      Ukuhener                : Daerah dari pos polisi Latuhalat sampai Pintu Kota
4.      Hatiari                      : airlouw yang sekarang
5.      Seilale                      : Di antara/ di atas bukit (mengapit Latuhalat, Erie dan Airlouw















Akibat “strategi adu domba” belanda (1069-1610) yang ingin menguasai Nusaniwe, maka terjadilah “kudeta” didalam kerajaan, mengakibatkan terjadi pula peralihan kekuasaan dari Lasahanila Wattilete ke Lopulalan. Penguasaan kerajaan yang baru lopulalan/Latusopulalan yang disebut juga Antony de sosya dibawah pimpinan Andre Fotando, mengirim “raja” tersebut ke benteng Laha yang kemudian di baptis di sana. Dengan demikian Nusaniwe merupakan negeri/desa pertama yang menerima Kristen di pulau Ambon sekitar abad 16 M. di zaman belanda itulah terjadi beberapa perubaha  pada kerajaan Nusaniwe antara lain:  system pemerintahan dari Pamareuta/Upulatu diganti dengan gelar Raja. Masyarakat Aman/Hena(orang kaya)dikerajaan Nusaniwe, di ubah ddengan masyarakat negeri, tahun 1639 oleh kerajaan belanda, negeri Nusaniwe di beri gelar “Koningen van Nusaniwe”/ disebut negeri Raja Nusaniwe selain negeri Soya dan negeri Kilang pada Zaman itu. Sejalan dengan keinginan belanda untuk menjajah dan menguasai serta pertambahan penduduk yang cukup pesat, mengakibatkan luas wilayah petuanan negeri nusaniwe menjadi sempit. Di era tahun 1945, negeri Nusaniwe hanyalah dudun Airlouw dan Erie. Dulu dusun Erie adalah tempat berkebun, pusat dati-dati dari masyarakat yang tinggal di Amatiang sekitar tariu. Lama-kelamaan karena pertambahan penduduk yang semakin banyak maka terbentuklah dusun Erie setelah dusun Airlouw.
Adapun terbentuknya Dusun airlouw adalah sebagai berikut: Pada uraian terdepan disinggung bahwa Ukuhener/yang dipusat kerajaan Nusaniwe yang letaknya di pegunungan. Di kemudian hari kekayaan alam berupa pohon duren dan sagu hilang atas sumpahan nenek moyang karena kaki Raja tertusuk duri sagu, maka pindah ke pesisir pantai. Disana sukar ditemukan air  tawar, yang ada hanyalah satu kolam air, yang jika diambil sangatlah sulit karena letaknya yang tersembunyi dan tertutup oleh akar-akar pohon, oleh bahasa setempat kolam itu disebut “Airlouw”. Airlouw terdiri dari dua kata yaituAir: artinya Air, dan Louw :satu cara mengambil benda (AIR) dengan posisi badan membungkuk dan tangan terlunjur ke depan. Berawal dari cerita tersebut daerah di sekitar itu dinamakan Airlouw hingga kini dan merupakan pusat kerajaan Nusaniwe yang kedua di pesisir (pusat kerajaan di pegunungan dipindahkan ke pesisir pantai). Dusun Erie yang sekarang sebagai pusat pemerintahan negeri Nusaniwe karena pertimbangan bahwa daerah tersebut dekat denga pusat kota sangat strategis karena menghadap pintu masuk kota ambon yaitu Tanjung Nusaniwe dan Tanjung Allang
 (sumber data: Raja, Kapitan dan tokoh adat negeri Nusaniwe)

Itu saja lalu lanjutnya beta mau kasih sedikit informasi tentang kondisi geografisnya…
Nusaniwe merupakan salah satu negeri adat di jazirah leitimur kecamatan Nusaniwe kota ambon (kira-kira 4  LS dan 128  ½       BT).
Letaknya: sebelah barat kota ambon dan luasnya:16.000 hektar.
Secara geografis garis batas wilayah Nusaniwe sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan teluk ambon
Sebelah selatan berbatasan dengan laut banda
Sebelah timur berbatasan dengan Amahusu
Sebelah barat berbatasan dengan desa Seilale dan latuhalat.
         (sumber data: balai negeri nusaniwe)
       Di negeri nusaniwe berlaku iklim tropis dan mengalami dua jenis musim yang silih berganti, musim kemarau berlangsung dari bulan oktober sampai bulan april, di tandai dengan bertiupnya angin barat. Sedangkan musim penghujan yang berkepanjangan berlangsung dari bulan april sampai oktober. Di antara dua musim ini terdapat musim peralihan (musim pancaroba) yang di tandai dengan curah hujan yang tinggi dan angin yang bertiup dari, kearah yang tidak menentu


semoga semua info/ sejarah diatas dapat berguna bagi pembaca....
GBU

Sabtu, 17 September 2011

HAK WARGA WATTILETE SEBAGAI KAPITAN DI NEGERI NUSANIWE KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON

Pertama-tama untuk menghindari ketidakjelasan dan kesalahpahaman serta tanggapan berbeda terhadap masalah, maka saya perlu menjelaskan beberapa hal :
Hak marga : Kekuasaan/wewenang yang dimiliki seseorang untuk      mendapatkan atau berbuat sesuatu (Simorangkir, dkk, 2000 : 60).
Kapitan    : Panglima perang, gelar ini hanya diberikan kepada seseorang kepada kerabat yang menurut sejarah adat memangku jabatan panglima perang (Sumarsono, dkk, 1993 : 39).
Maka disimpulkan bahwa hak warga Wattilete sebagai kapitan di negeri Nusaniwe ialah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki hanya oleh marga Wattilete sebagai Panglima Perang di Negeri Nusaniwe.
          Masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat Bhineka Tunggal Ika, yang berbeda Suku, Ras dan antar golongan (SARA), yang kemudian bersatu dalam satu kesatuan Negara Pancasila sejak tanggal 17 Agustus. Sebelum Indonesia merdeka berbagai masyarakat itu berdiam di berbagai kepulauan yang besar dan kecil yang hidup menurut hukum adatnya masing-masing, sehingga Van Vollenhoven membagi-bagi bangsa Indonesia itu kedalam 19 hokum Adat (adatrechskring) yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Jadi di zaman Hindia Belanda masyarakat bangsa Indonesia itu terkotak-kotak ke dalam lingkungan masyarakat hukumnya, adat budaya dan tempat kediamannya masing-masing, dengan mempunyai kekuasaan sendiri-sendiri. Menurut Ter Haar masyarakat hokum adalah “kelompok-kelompok masyarakat yang tetap dan teratur dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik yang berwujud atau tidak berwujud” (Haar Ter, 1960 : 16).
          Di daerah Maluku Tengah dan Maluku Tenggara umumnya atau di pulau-pulau kecil Ambon dan Uliaser khususnya, bentuk dan susunan masyarakat hokum yang merupakan persekutuan hokum Adat menganut prinsip hubungan kekerabatan berdasarkan hokum Genealogis menurut garis keturunan ayah / Patrilineal. Kesatuan Sosial setiap Komuniti Desa di Ambon disebut “Negeri” atau “Uli-uli”. Di masa lampau kesatuan-kesatuan social itu berdiam di daerah pedalaman dalam daerahnya sendiri dalam kesatuan “Uli”.
Pada dasarnya semua Negeri Ambon memiliki struktur pemerintahan yang sama. Namun demikian ada juga Negeri yang memiliki perbedaan, karena adanya pengaruh dan perkembangan dari luar. Dalam struktur pemerintahannya setiap Negeri dipimpin oleh seorang Kepala Negeri yang disebut “Raja” yang bergelar Upu-Latu yang dibantu oleh para pembantu Raja yang duduk dalam dewan musyawarah Negeri yang disebut “Saniri Negeri” (Penjelasan Daerah Maluku No. 14 tahun 2005 pasal 5 Poin C).
          Di dalam dewan Saniri Negeri lengkap, Kapitan (Kabitan) merupakan salah satu anggota Saniri tersebut sebagai pembantu Raja yang bertugas dalam masalah pertahanan Negerinya dari serangan musuh dan mempunyai seorang pembantu yang disebut “Malessy”. Sesuai penjelasan Peraturan Daerah Maluku No. 14 tahun 2005 pasal 5 poin g. Gelar Kapitan hanya diberikan kepada kerabat tertentu yang menurut Sejarah Adat dimasa silam memangku Jabatan Panglima/Kapitan dalam perang. Masyarakat menganggap seorang Kapitan memliki kekuatan magis tertentu dan kebal terhadap segala macam senjata.
          Di Negeri Nusaniwe seorang yang menjadi Kapitan berasal dari keturunan keluarga Wattilete, karena dari keluarga inilah Kapitan yang terdahulu berasal. Sebagai seorang pemimpin, Kapitan sangat mengetahui tentang Sejarah asal usul Marga Wattilete karena Kapitan sebagai penerus keturunan yang secara langsung mendengar cerita asal usul marga dari keturunan terdahulu (orang tua). Sejarah Asal Usul Marga secara langsung diwariskan melalui cerita dari keturunan terdahulu (orang tua) kepada Kapitan sebagai pimpinan marga. Generasi muda Wattilete seharusnya mengetahui dan memahami Sejarah asal usul marganya, karena meraka merupakan generasi penerus yang nantinya akan mewariskan kepada keturunan berikutnya. Dengan demikian diharapkan mengetahuinya dan tidak melupakan Sejarah Asal Usul....

 

Jumat, 09 September 2011

sebelum pergi

oh iya sobat bloger..
ni puisi w copy dari salah satu sobat bloger, lebih tepatnya lagi di sini nih..
http://rheifania.wordpress.com/2008/08/ puisi nih pas banget ma cerita hidup w,, bukanya w nga kreatif tpi masalahnya w pernah bkin mirip banget cma beda beberapa suku kata doank loh...
oke langsung aja kita menuju TKP.. cceeekiiidoooottt..





Sebelum siang menjemput malam
Ku ingin engkau berikan senyuman
Agar mimpi yang indah ku dapatkan

Sebelum engkau melangkah pergi
Yakinkan hanya aku yang ada di hati
Agar tenang rasa jiwa ini
Agar damai selalu di hati

Sebelum ku buka mata ini
Inginku kau hadir di sini
Temani ku di hari ini
Meraih semua mimpi – mimpi

Sebelum maut datang menjemput
Izinkan cinta ini terpaut
Pada hatiku dan hatimu
Biar jadi cerita di masa yang baru

Tak mampu melukiskan

Ternyata rasa itu tidak sama
Mengapa Rasaku seperti permainan belaka
Segenap rasa yang aku punya
Ternyata hanya di pandang sebelah mata

Harus dengan apa aku buka pintu hati
Untuk menggapai rasa yang ku miliki
Harus berapa maaf yang ku miliki
Untuk meredam sakit yang ku alami

Seluas samudra dan sedalam lautan
Maaf dan kasih ini ku simpan
Setinggi angkasa dan sedalam lautan
Cinta ini telah aku berikan

Segala kecewa hanya bisa aku pendam
Kasih di hati terasa makin tak karuan
Sementara air mata yang ada
Tak mampu lagi untuk berurai…..
Tak mampu lagi melukiskan
Kekecewaan yang kini aku rasakan

Kamis, 08 September 2011

"Saat Cinta Tinggallah Kata"

Cinta……
Bukanlah sekedar tutur kata
Bukan pula sekedar rasa
Bukan pula sekedar pengorbanan jiwa
Ketika cinta hanya sekedar kata
Raga-raga kan binasa tiada daya
Mata-mata kan menangis penuh duka
Jiwa-jiwa kan merasa hina di hadapan-Nya
Jika cinta cukuplah sekedar ucapan
Apa salahnya perbuatan setan
Di hadapan Robbnya Yang Penuh Kemuliaan
Mengakui kemuliaan-Nya, tapi tanpa kepatuhan
Tapi…
Cinta yang mulia
Adalah cinta pada Dzat Yang Maha Mulia
Cinta yang terlontar di tutur kata
Cinta yang tersimpan di dalam jiwa
Cinta yang terwujud ketaatan raga
Hello sobat bloger....
gw pendatang baru nih di dunia fatamorgana yang satu ini (blogspot),, heheheh...
untuk lebih lanjut liat ja profil w....!!!
oh iya bagi yang dah jago banget tuh ngeblog jngan ketawain w yah... (mengharap)..
blog ini gw bikin khusus buat w upload karya" w yang jelek, ( nga sgitunya juga ko) dalam bentuk puisi, kamoet de el el...
oh iya bagi yang mw noempang share ato upload di sni gratis kuq...( emang gratis dri doeloe kale)..



                                                                        kecup basah:
                                                                      eLt R!ndlo p4pa